Oleh : Bimo Ariyan Beeran )*
Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) tidak hanya soal kehidupan di tempat yang baru, tetapi juga tentang lingkungan. Apalagi IKN akan dibangun menjadi kota yang smart, berkelanjutan dan berkonsep modern city.
Perlu diketahui bahwa studi kelayakan sudah dilakukan sejak tahun 2018-2019, hingga secara nasional IKN mendapatkan dukungan secara hukum dengan disahkannya UU Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara.
Pihak otoriter IKN telah menggelar Studi Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) melalui konsultasi publik dengan mengusung tema “rencana kegiatan pembangunan kawasan terpadu dan fasilitas lainnya.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar telah memastikan bahwa proyek pembangunan IKN Nusantara akan mengacu pada aspek lingkungan.
Oleh karena itu dirinya mengklaim bahwa IKN dapat memberikan dampak positif terkait isu lingkungan. Termasuk urusan karbon. Di sisi lain, sebelum adanya IKN, Benua Etam-pun sudah menjadi provinsi yang bakal mendapatkan benefit dari perdagangan karbon.
Oleh karena itu, pembangunan Persemaian Mentawir di Penajam Paser Utara telah dilaksanakan di lahan 120 hektare dengan sarana utama persemaian seluas 22-23 hektare untuk memproduksi bibit sebanyak 15 juta batang per tahun. Jutaan batang tersebut diharapkan bisa menjadi komoditas penyimpan karbon.
Siti menambahkan, bagaimana hutan hujan tropis alami di Kaltim khususnya bisa banyak lagi melalui monokultur hutan tanaman industri dan bekas tambang. Tentunya, hal tersebut berkat inovasi sains dan peran akademisi. Selanjutnya adalah soal genetic resources, plasma nuftah nasional yang harus dibangun.
Dirinya menuturkan, jika terkait dengan sumber daya alam, jawabannya di kampus lingkungan akademisi, terutama dalam upaya menopang IKN. Apalagi Unmul yang digadang-gadang bakal menjadi tumpuan kampus di ibu kota yang baru.