Oleh: Fran Fardariko
Analis Politik dan Pertahanan Alumni Victoria University New Zealand.
Betawipos - Awal tahun 2023 ditandai dengan marak permainan Lato Lato, bahkan viral di media sosial. Kenyataan ini bisa kita jumpai disetiap titik berkumpulnya anak-anak atau orang dewasa di area pemukiman.
Kalau melihat sejarah, sebelumnya permainan ini juga ramai di tahun 60-an dan kembali ramai di tahun 70-an. Ciri khas alat permainan ini terdiri dari dua biji bulat yang terbuat dari plastic dengan ikatan benang. Tulisan ini tentunya tidak untuk mempopulerkan permainan Lato Lato, namun tulisan ini hanya mencoba untuk memaknai pesan dari maraknya permainan yang digemari oleh usia anak-anak, remaja dan dewasa.
Baca Juga: Mahupiki Terus Optimalkan Sosialisasi KUHP Nasional
Kalau dilihat dari gerakan dan cara memainkan lato-lato, maka terlihat beradunya dua biji berbentuk bulat seperti bola. Dengan kata lain permainan ini akan menimbulkan ciri khas suara jika dua biji bulat itu dibenturkan. Permaianan yang unik ini, mengundang perhatian orang dan penasaran untuk mencobanya. Realita Lato Lato bukan hadir secara tiba-tiba, tentu ada yang menseting hingga viral di masyarakat.
Terlepas dari keberadaan maraknya permainan lato-lato, maka akan menimbulkan pertanyaan sederhana di benak kita. Mengapa diawal tahun 2023 permainan ini kembali ramai. Entah siapa yang memulai, tiba-tiba permainan tersebut menjadi viral dan heboh.
Baca Juga: KUHP Baru Sejarah Bagi Penyelenggaraan Hukum Pidana di Indonesia
Apakah permainan ini akan menjadi kegandrungan seperti maraknya tanaman hias gelombang cinta antorium dan batu akik bebera tahun silam. Ataukah ini sebuah pertanda bahwa akan ada suatu benturan keras di masyarakat memasuki tahun 2023 untuk menyongsong tahun politik 2024.
Pasca peralihan kekuasaan dari era orde baru ke era reformasi, terjadi banyak fenomena di masyarakat. Di era pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhono terjadi fenomena kegandrungan masyarakat terhadap tanaman hias antorium dengan berbagai jenis. Masyarakat banyak mengoleksi tanaman hias itu karena harganya fantastis hingga miliaran rupiah. Beberapa pejabat dan pengusaha juga ikut-ikutan mengoleksi tanaman tersebut.
Baca Juga: Empat DOB Papua Mampu Percepat Pemerataan Pembangunan di Indonesia Timur
Selain tanaman hias, batu akik juga menjadi fenomena di masyarakat dengan permaian harga hingga ratusan juta rupiah. Tanaman hias berganti ke batu akik surut hingga diawal pemerintahan Presiden Joko Widodo. Selama satu periode pemerintahan Kabinet Kerja ini hampir tidak terlihat fenomena permainan di masyarakat. Namun fenomena permainan cebong kampret yang menjadi marak di masyarakat.
Mendekati masa akhir Kabinet Kerja terjadilah fenomen permainan lato-lato. Kita ketahui bersama di tahun 2023 ini adalah tahun peralihan dari masalah resesi kesehatan Covid-19 yang melanda dunia ke masalah politik. Diperkirakan masalah politik ini akan benar-benar mendominasi media nasional dan media sosial di tahun 2023.
Baca Juga: Aktivitas TKA dan TKI PT GNI Morowali Utara Sudah Berjalan Normal
Artikel Terkait
Demam Boneka Squid Game, Permainan Petak Umpet Ala Korea Yang Menyeramkan
Lestarikan Olahraga dan Permainan Tradisional, KORMI Gelar Acara Seperti Ini
Ketua DPW Partai Ummat Papua: Lukas Enembe Harus Contoh Barnabas Suebu Patuh Hukum
RKUHP Menstimulus Suksesi Pembangunan Hukum Nasional
Partai Gelora: Pilih Partai bukan Caleg Sama Saja Kembali ke Era Politik Partai Komunis